Anda mungkin berpikir
tentang romantisnya kisah cinta Leonardo Di Caprio dan Kate Winslet dalam film
Titanic. Tetapi mungkin anda tidak memperhatikan bagaimana karakter perancang
kapal, kapten, para penumpang kapal yang bereaksi di depan kematian.
1. Perancang kapal
tampak merasa bersalah, ia sedih dan menyesal, merenungkan kesalahan yang telah
ia buat dan membiarkan yang lain berlari ke perahu penyelamat
2.Sang kapten
tampak penuh dengan keterikatan, terjebak ketakutan akan reputasi dan mimpi
indah pensiunnya yang hancur. Ia tidak mencoba menyelamatkan diri dan para
penumpangnya, hanya berdiam diri menunggu kematian. Terlalu angkuh?
3. Si orang jahat
sungguh tak bermoral, mencoba menyuap dan menipu untuk menyelamatkan diri
sendiri.
4. Si petugas tidak
sanggup lagi menahan beratnya tekanan saat mencoba menertibkan keadaan. Ia
terpaksa menembak salah seorang penumpang yang tidak mau antri. Merasa menyesal
dan tak berdaya, ia menembak dirinya sendiri.
5. Para penumpang
saling berebut untuk dapat masuk ke dalam perahu penyelamat, ada juga
orang-orang yang langsung terjun ke laut berenang mengejar perahu penyelamat
yang sudah bergerak.
6. Ada juga mereka
yang berdoa dengan penuh kesungguhan memohon keselamatan, namun terdapat juga mereka (Jack dan Rose)
yang tidak mau lepas satu sama yang lain, sampai tidak peduli dengan dengan orang
di sekitarnya. Betapa egois cinta buta itu.
Jadi pertanyaannya
adalah jika Anda berada di dalam kapal Titanic pada malam itu, Anda akan
bereaksi seperti apa? Apa reaksi itu tepat? Apanya yang tepat?
Titanic
merupakan bencana besar yang nyata. Ia merupakan satu-satunya kapal dalam
sejarah yang diklaim tidak dapat tenggelam, namun ia karam dalam pelayarannya
yang pertama. Apa hubungannya dengan kita? Kita
semua mempunyai kapal Titanic yang besar. Anda mungkin berpikir hidup Anda akan aman dan nyaman-nyaman saja,
tidak perlu memikirkan bahaya yang menurut Anda tidak mungkin terjadi. Tetapi
siapa pernah menyangka 2004 silam Aceh diguncang gempa dan dilanda tsunami yang
terbesar dalam sejarah dan menelan hampir 250 000 korban manusia? Disusul gempa
di Bantul – Jogjakarta tahun 2006 yang menelan korban 6000 jiwa. Tak seorang pun tahu kapan dan
dimana bencana itu akan terjadi.
Dari kisah Titanic itu kita belajar bahwa dalam
keadaan normal, setiap orang tampak baik, ramah, bersahabat. Sulit untuk tahu siapa
yang sebenarnya berkarakter baik atau buruk. Namun begitu krisis melanda, pada
saat itulah, sifat asli setiap orang muncul. Ibarat banjir yang mengeluarkan semua
kotoran, demikian pula ketika kesusahan dan kemalangan terjadi, muncul dengan
jelas siapa yang berperangai baik dan
siapa yang berperangai buruk.
Pelajaran penting lainnya adalah banyak di antara
Anda yang merasa Titanic-nya tidak akan karam. Mereka sangat yakin tidak akan
ada masalah yang menimpa dirinya dan
tidak akan terjadi kemalangan dalam
keluarga. Mereka tidak merasa bahwa mereka dapat dikalahkan oleh usia,
penyakit, dan kematian. Banyak yang merasa dirinya tak terkalahkan, tak
terjamah oleh alam, tak tersentuh kegagalan. Pada akhirnya ketika mereka
terpuruk dan jatuh barulah mereka
sadar Titanic besar yang aman hanya
omong kosong belaka.